Rabu, 13 November 2013

LDR (Long Distance Relationship)

Long Distance Relationship, begitulah banyak orang menyebutnya. Sebuah kisah cinta penuh cerita. Cerita tentang pengorbanan, cerita tentang kesetiaan, tentang kesabaran, tentang kedewasaan, tentang perselingkuhan hingga cerita tentang putus di tengah jalan.

Memutuskan untuk tetap berpasangan saat mata tak saling melihat adalah hal yang luar biasa. Meski untuk itu seseorang harus siap Lelah Diterpa Rindu. Meski untuk menjalaninya seseorang perlu sekuat tenaga meredam cemburu. Cemburu pada keramaian, saat melihat sepasang manusia lainnya saling menggenggam tangan, ia hanya menggenggam angin. Saat hujan sepasang manusia berpayung berduaan, aku berpayung dengan siapa ?. Saat Sabtu malam tiba, semua orang keluarmerenda kasih, aku hanya jadi penunggu rumah kos, menatap layarlaptop sambil memegang tisu. Ketika di dalam cafe semua meja penuh berpasangan, meja miliknya justru selalu menyisakan satu kursi kosong. Ini tak adil, bukan ?.
Memutuskan untuk tetap berpasangan saat raga tak saling dekat adalah hal yang luar biasa. Meski untuk menjalaninya seseorang harus siap mendengarkan banyak suara-suara miring tentang nasib pelaku LDR, tentang kisah cinta jarak jauh yang kerap berujung antiklimaks.
Antiklimaks dalam hubungan jarak jauh sebenarnya kerap juga terjadi dalam kisah cinta jarak dekat pada umumnya. Hanya saja antiklimaks dalam LDR terasa lebih menyesakkan karena sering dibumbui cerita hadirnya orang ketiga. Antiklimaks dalam LDR juga terasa lebih menguras perasaan jika mengingat pengorbanan yang sudah dipersembahkan untuk mencoba mengerti dan percaya satu sama lain.
Cerita cinta jarak jauh memang kerap melahirkan banyak ending yang mengundang empati. Dan suara-suara miring tentang akhir cerita sebuah LDR membuat banyak pelakunya takut menjalani. Cerita-cerita antiklimaks hubungan LDR akhirnya sering membuat pelakunya ragu untuk tetap saling mempertahankan. Buat apa menjalani cinta begini jika akhirnya juga akan sendiri ?. Untuk apa tetap berdua jika ini hanya sebuah jomblo yang tertunda ?.
Semua orang tahu apa itu LDR. Tapi hanya pelakunya yang mengerti pasti rasanya menjalani kisah cinta jarak jauh. Mereka bahagia tapi kadang juga menderita. Mereka mencoba saling percaya tapi sering tak bisa mengelak dari rasa curiga. Menuntaskan rindu lewat suara di ujung telepon atau tatap muka lewat video tidak pernah bisa mengganti tatapan mata secara langsung. Pesan saling menguatkan kadang terasa hambar tanpa pelukan. Apalagi jika masalah melanda, menyelesaikannya dari sambungan telepon kadang malah memperburuk keadaan. Pada akhirnya mereka yang menjalani LDR kerap merasa hubungan mereka seperti bohong belaka. Mereka terikat janji tapi seperti tak memiliki, jadi apa bedanya dengan para single lain ?. Pikiran-pikiran itu akhirnya sering membuat para pelaku LDR merasa lelah.
Bicara itu mudah, berjanji dalam hati juga tidak sulit. Tapi tak ada yang lebih tahu perasaan tersiksa dari hubungan jarak jauh kecuali mereka para pelaku LDR. Tersiksa oleh rasa curiga dan cemburu. Tersiksa oleh kekhawatiran akankah hubungan ini akan bermuara indah atau hanya akan berakhir sama seperti cerita-cerita korban LDR ?. Sebenarnya tak ada beda yang benar-benar nyata antara cinta jarak dekat dan cinta jarak jauh. Selagi ada niat menjaga hati, semua masalah bisa teratasi.
Jodoh memang sudah dituliskan dalam suratan Tuhan. Tapi menyerah bukan cara yang dianjurkan Tuhan. Memutuskan untuk tetap berpasangan dalam rentangan jarak yang jauh adalah hal luar biasa yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang pilihan. Siapa bilang cinta jarak jauh hanya menghadirkan rasa jenuh ?. Justru sebaliknya, pelaku LDR adalah orang-orang yang diberikan banyak perasaan istimewa. Hanya pelaku LDR yang memahami indahnya pertemuan setelah menyimpan rindu sekian lama. Hanya pelaku LDR yang bisa menghargai pengorbanan pasangan melintas ratusan kilometer untuk bisa tiba di muka rumah, mengetuk pintu, dan mengucap “hai…”. Hanya pelaku LDR yang bisa merasakan indahnya kejutan surat di muka pintu atau berdebar-debar menanti layar skype dan chatting terbuka. Dan hanya pelaku LDR yang bisa menguji cintanya lewat ujian-ujian yang tak dialami orang lain.
Menjaga hati memang tak mudah. Apalagi ketika konflik batin dan pikiran beradu. Ketika hati ingin bertahan, tapi pikiran justru diserbu banyak godaan. Hubungan ini memang berkomitmen tapi tak pasti. Untuk apa menjaga hati jika akhirnya sendiri ?. Rasa semacam itu kerap sekali membuat pelaku LDR tersiksa. Siksaan yang kerap menggoda para pejuang LDR untuk menyerah.
Tapi lihatlah, banyak orang yang sanggup lewati waktu dengan bahagia. Banyak orang yang dengan sederhana menjalani harinya di kejauhan hingga akhirnya bisa menjemput pasangannya di hari bahagia. Banyak pejuang LDR yang diam-diam tanpa banyak kata bisa membingkai cerita cinta abadi.
Tak ada satupun jenis hubungan, entah LDR, entah jarak dekat yang selalu berjalan mulus. Tapi banyak pejuang LDR yang berhasil melalui hari menembus jarak dan meraih bahagia. Sebaliknya, banyak pasangan satu kampus yang bubar jalan di tengah semester. Jadi apa yang ditakutkan dalam sebuah hubungan LDR selagi ada komitmen dan kesungguhan hati untuk saling menjaga dan percaya ?. Rasa curiga dan cemburu jadikanlah anugerah untuk saling mengingat. Rindu yang berkepanjangan jadikanlah pupuk untuk menyemai pertemuan yang lebih berarti di masa nanti. Bukankah rasanya indah memiliki kesetiaan dari dan untuk pasangan ?.
Bagaimana dengan orang ketiga ?. Takkan datang orang ketiga kecuali sengaja diundang. Jadi selagi hati kita terjaga untuk tak bermain dan mengundang pemeran pengganti, kita pun bisa berharap pasangan yang jauh di sana akan bertindak serupa. Godaan terhebat pun takkan pernah tega menghampiri mereka yang setia.
Banyak buku dan petuah orang ternama yang berusaha memberikan tips sukses menjalani hubungan jarak jauh. Tapi semua itu sesungguhnya cukup dirangkum lewat dua hal yaitu cinta dan syukur. Mensyukuri anugerah cinta apapun keadaannya akan membuat orang semakin dewasa. Demikian juga dalam hubungan jarak jauh ini, rasa syukur dapat mengatasi segala rintangan dan rentangan jarak.
jadi, Janganlah kamu melihat antiklimaks dari pelaku LDR yang gagal menjaga hati. Itu bukan karena jarak yang memisahkan, tapi karena cintanya yang tak ada. Jangan merangkum cerita dari para korban LDR yang gagal setia tapi berdalih jomblo yang tertunda. Itu bukan karena jarak yang terentang jauh, tapi karena hatinya yang mudah tergoda. maka, kamu harus memiliki tiang atau tembok yang sangat kuat dengan benteng tersebut kamu dapat menikmati LDR dengan bahagia.


"i may be thousand of miles away but you're still the first thing on my mind"



“ku kayuh sepeda kumbangku….
ku berkhayal andai dapat mengantarkanku, sampai ke rumahmu…
seandainya aku bisa terbang
kan ku jelang kekasih….”
"Di saat engkau di sana... kadang langit terasa gelapnya..
walau ke ujung dunia .. pasti akan ku nanti
meski ke ujung samudra pasti ku kan menunggu.."




lebih dan kurangnya mohon dimaafkan sekian dan terima kasih

"MUHAMMAD IHSAN FARID"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar